Welcome Comrades

Playlist




          Langit berubah menjadi kelam, rintikan hujan pun mulai turun saat aku mengikuti Pengembaraan Desember Tradisional (PDT) ke-41 yang diadakan oleh Kwartir Cabang Pramuka Kota Yogyakarta tanggal 26-30 Desember 2012. Dengan terburu-buru aku mengeluarkan mantelku dari tas, kemudian memakainya dan melanjutkan perjalananku di hari kedua pengembaraan dari Brajan, Kabupaten Sleman menuju Kabupaten Kulon Progo. Setelah sekitar 15 menit hujan pun berhenti, aku mulai melepas mantelku dan melanjutkan perjalanan menyusul kawan-kawanku yang sudah jauh di depan, saat perjalanan aku disapa oleh peserta PDT dari SMA lain, “Salam Pramuka!”,  kubalas juga dengan kata yang sama. Kemudian aku berkenalan dengannya, ia bernama Kartika. Selama perjalanan pengembaraan aku selalu berbincang-bincang dengannya, mulai dari tentang sekolah, hobi, sampai curahan hatinya dan lain sebagainya, kami bercerita seolah-olah aku dan dia sudah saling mengenal, dan kadang kami tertawa bersama ketika berbagi cerita. Ketika kami sudah menempuh perjalanan sekitar 10 km, dia bertemu dengan sangga sekolahnya, begitu juga aku, lalu kami pun berpisah dan ia senyum kepadaku dan aku membalas senyumnya.
        Setelah aku bertemu dengan kawan-kawan sangga, dan aku berpisah dengan Kartika, aku bersama sanggaku melanjutkan perjalanan menuju Post I yang berjarak kira-kira 19 km menurut di peta, bagaikan prajurit gagah menuju medan perang, kami pun bernyanyi-nyanyi lagu semangat tiada henti-hentinya, “Selamat jalan kekasihku, abang pergi tak akan lama, 5 hari saja abang pergi tuk berlomba”.
Setelah sekian lama, sampailah di Post I, kami beristirat sejenak sambil melemaskan kaki-kaki, tiba-tiba Kartika datang ia duduk di sampingku, “Mengapa lama sekali? Aku sudah sampai dari tadi” tanyanya sambil meledek, aku hanya tersenyum kepadanya, dan ia memberiku air putih entah itu air matang atau air mentah. Ketika dia ingin bercerita lagi denganku, tiba-tiba kak Asrof menyuruhku segera bersiap-siap melanjutkan perjalanan menuju Post II yang berjarak 30 km, aku dan Kartika pun berpisah kembali untuk sementara, entah mengapa aku berharap di Post II aku dapat kembali bertemu dengannya dan melanjutkan cerita yang kuanggap sebagai cerita yang menyenangkan.
Kami pun pergi meninggalkan Post I menuju Post II, rintangan perjalanan yang dilalui menjadi sangat menantang, yaitu jalan aspal dengan pemandangan sawah yang sangat panas, terik matahari seolah-olah sudah sejengkal di atas kepalaku.

Semangat kami yang berkobar di Post I seperti mulai pudar dan patah harapan untuk melanjutkan perjalanan, tetapi ketika aku melihat semangat Hilman dan Ma’ruf yang membara, membuatku menjadi ikut semangat kembali dan kami melanjutkan nyanyian-nyanyian semangat, di samping itu aku teringat juga jasa pahlawan-pahlawan yang rela berkorban demi negara, dan aku tidak boleh menyerah hanya karena kepanasan di perjalanan.
Sekitar 9 km perjalanan, tiba-tiba kak Saleh lelah dan wajahnya tampak pucat, akupun berkata, “Ayo kak berdiri, tinggal sedikit lagi sampai Post II”, kemudian ia menjawab, “Kamu duluan saja, nanti aku menyusul”. Merasa tidak enak meninggalkan mas Saleh sendirian, akhirnya aku pun membawakan tasnya sehingga aku membawa 2 tas sekaligus yang beratnya bukan main. Waktu menunjukkan pukul 2 siang, aku bergantian membawakan tas kak Saleh bersama dengan kak Asrof dan kak Ilham sampai di Post II.
Di Post II kami pun beristirahat, dan aku tidak melihat wajah Kartika di Post II, entah dia sudah sampai atau belum, aku berharap bisa bertemu dengannya, entah kenapa aku mulai ada rasa rindu dengannya, meskipun kami baru bertemu pagi tadi. Setelah mendapat instruksi dari Panitia Sangga Kerja, kami pun melanjutkan perjalanan ke Post III yang berjarak 35 km.

Kami pun kembali bersemangat karena cuaca mulai mendung, tapi di balik rasa itu aku berharap hanya mendung saja, tidak turun hujan. Selama perjalanan aku mendapat banyak sekali kenalan peserta dari SMA lain, dan aku semakin mengerti apa tujuan PDT itu sebenarnya. Setelah seperempat perjalanan, kami melihat peserta lain membeli minum, pada mulanya aku dan Dika ingin juga membeli minuman, tapi karena teringat etika yang disampaikan pembina kami, kami pun membatalkannya dan melanjutkan perjalanan.
Waktu sudah Ashar, kami pun beristirahat di sebuah masjid, kami bertemu dengan sangga putri Ratnaningsih, kemudian aku meletakkan tas kecilku yang berisi alat komunikasi dan alat lomba poster diatas mimbar  dan aku dan teman-temanku shalat ashar. Setelah selesai shalat, kami pun melanjutkan perjalanan yang hampir dekat dekat dengan Post III.
Sekitar 10 km jalan yang kutempuh, aku merasa ada kejanggalan, dan ternyata aku baru ingat kalau tas kecilku yang berisi alat komunikasi dan alat lomba tertinggal di masjid tempat aku beristirahat tadi, tanpa pikir panjang aku langsung kembali menuju masjid tersebut. Di tengah perjalanan aku bertemu kak Asrof dan kak Aliya.
“Kenapa mau kembali?”, tanya kak Asrof.
“Ada yang tertinggal di masjid!”, jawabku.
Kemudian kak Asrof menyuruh kak Aliya untuk menunggu dan menjaga tasku ketika aku mengambil tas kecilku, saat itu aku cemas dan berpikiran bagaimana jika tas kecilku hilang. Setelah sampai di masjid aku merasa bersyukur sekali karena tas kecilku tidak hilang.
Saat itu juga aku bertemu dengan Kartika, wajahnya pun mulai memerah ketika melihatku, ia kemudian menyapaku dan ia mengajakku kembali bercerita, aku menurutinya karena aku telah bertemu dengannya. Lima menit berselang aku baru ingat kalau mas Aliya sedang menungguku, tanpa pikir panjang aku langsung berlari menghampiri mas Aliya dan aku mengucapkan selamat tinggal kepada Kartika, setelah 5 km aku melihat mas Aliya sedang tidur di bawah pohon, aku tertawa melihatnya dan membangunkannya untuk melanjutkan perjalanan, ia pun berkata dengan logatnya yang membuatku tertawa, “Padahal tadi sudah mau melayang ...”
Kejadian yang tak terlupakan ketika aku jauh-jauh kembali menuju masjid demi sebuah tas kecil yang berharga. Akhirnya aku dan kak Aliya tertinggal di belakang sendiri, jauh di depan oleh sanggaku, dan kami sampai di Pos III tepat jam 5 sore, dan berkemah mendirikan tenda di Post III untuk beristirahat dan melanjutkan perjalanan di hari berikutnya.
Malam harinya, kugunakan istirahat untuk perjalanan hari selanjutnya. Di dalam tenda, aku melihat langit-langit penuh bintang, dan aku teringat kembali oleh Kartika, karena nama Kartika dalam bahasa Jawa artinya bintang. Aku terlelap tidur tepat di atas angkasa.
Keesokan harinya, aku melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Bantul. Seperti biasa perjalanan dipimpin oleh kak Asrof tetapi pada akhirnya juga berpencar-pencar, saat berpencar itulah aku bertemu Kartika kembali.
Seperti biasa ia tersenyum dan menyapaku, kemudian ia menatapku lama sekali, seolah-olah aku diperhatikan.
“Kenapa Kar?”, tanyaku.
“Tidak apa-apa”, jawabnya.
Mukanya terlihat memerah dan kemudian giliran aku yang memandangnya sambil tersenyum.
Saat perjalanan kami pun selalu bercerita tiada henti, tetapi aku masih menjaga jarak dengannya.


Selang beberapa lama, ia berbisik yang membuatku sangat kaget, “Aku suka sama kamu”. Aku tidak bisa bicara apa-apa, aku hanya merenung, kemudian aku hanya membalas dengan senyuman saja dengan mukaku yang sangat memerah.
Sepertinya ia mengerti apa maksud dari senyumanku itu, dan ia segera mengganti pembicaraan, tetapi aku masih terpikirkan oleh kata-katanya sampai saat ini juga.
Pada hari setelah Pengembaraan hampir selesai, aku memberinya sebuah kenang-kenangan berupa sketsa gambar tentang dirinya. Dia pun berkata, “Terima kasih ya, ini akan aku simpan sebagai kenang-kenangan dari kamu”.
Kemudian dia juga memberiku sebuah sketsa gambar wajahku, tak kusangka dia juga pandai menggambar. Kami pun saling senyum dan dilanjutkan dengan bercerita selama Pengembaraan. Perasaanku dengannya hanyalah perasaan seorang sahabat kepada sahabatnya.

 

 21 April 2013
            Rausan Fikri
















Categories:

Leave a Reply

Translate